Nuklir Perlu Puluhan Tahun untuk Penuhi Target 3 Kali Lipat COP28

Hari Widowati
7 Desember 2023, 18:42
Ilustrasi reaktor nuklir.
Caixing Global
Reaktor nuklir di Haiyang, Cina

Industri nuklir global mendapat dorongan semangat pada pertemuan iklim COP28 di Dubai setelah lebih dari 20 negara berjanji untuk melipatgandakan kapasitasnya pada tahun 2050. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, industri nuklir harus mengatasi berbagai rintangan.

Tantangan tersebut mencakup regulasi, hambatan pembiayaan, hambatan bahan bakar, dan masalah keselamatan publik yang telah berkontribusi pada sejarah panjang penundaan proyek dan stagnasi selama beberapa dekade.

Butuh waktu 70 tahun untuk membawa kapasitas nuklir global ke tingkat 370 gigawatt (GW) saat ini. Industri ini sekarang harus memilih teknologi, mengumpulkan dana, dan mengembangkan peraturan untuk membangun 740 GW lainnya dalam setengah waktu tersebut.

"Dilihat dari kinerja industri nuklir internasional selama dua dekade terakhir, hal ini tidak mungkin terjadi," kata Mycle Schneider, penulis utama Laporan Status Industri Nuklir Dunia, seperti dikutip Reuters, Kamis (7/12).

Deklarasi yang ditandatangani oleh Amerika Serikat (AS), Prancis, Inggris, Korea Selatan, dan negara-negara lain ini berkomitmen untuk memobilisasi investasi dan mendorong lembaga-lembaga keuangan seperti Bank Dunia untuk mendukung tenaga nuklir.

Deklarasi ini juga menjanjikan upaya untuk memperpanjang usia pembangkit yang ada dukungan untuk teknologi baru seperti reaktor modular kecil (SMR). Seperti diketahui, sekitar 200 dari 420 reaktor di seluruh dunia dijadwalkan untuk dinonaktifkan sebelum tahun 2050.

Para eksekutif nuklir di COP28 mendukung ikrar tersebut, namun mengakui adanya kesulitan yang dihadapi industri ini. "Nuklir adalah sumber energi yang paling aman," kata Patrick Fragman, kepala eksekutif Westinghouse. "Tentu saja, untuk reaktor-reaktor pertama dari jenisnya, ada masalah dan pembengkakan biaya."

Sebagai tanda tantangan yang akan datang, beberapa kelompok lingkungan mengkritik janji tersebut, mengutip masalah keamanan publik. Sementara itu, para akademisi mempertanyakan apakah PLTN dapat beroperasi tepat waktu untuk membantu mencegah bencana iklim.

"Mengapa ada orang yang mau mengeluarkan satu dolar pun untuk sebuah teknologi yang, jika direncanakan hari ini, bahkan tidak akan tersedia untuk membantu hingga tahun 2035-2045?" ujar Mark Jacobson, seorang spesialis energi di Stanford University.

Cina Menyumbang Reaktor Terbanyak

Saat ini terdapat 60 reaktor komersial yang sedang dibangun di 17 negara di seluruh dunia, dengan Cina menyumbang 25 reaktor, menurut World Nuclear Association. Meskipun Cina adalah salah satu dari sedikit negara yang tetap teguh dalam komitmennya terhadap pengembangan nuklir selama bertahun-tahun, target kapasitas tahun 2020 adalah satu-satunya target yang tidak tercapai.

Sementara itu, di sebagian besar negara Barat, kapasitas tenaga nuklir telah stagnan. Pengembangan pembangkit nuklir membutuhkan biaya konstruksi reaktor yang besar, menghadapi masalah perizinan, dan oposisi publik setelah kecelakaan nuklir Fukushima di Jepang pada tahun 2011 yang menghalangi pembangunan baru.

Pada COP28, perusahaan-perusahaan nuklir membicarakan prospek SMR sebagai pilihan yang lebih baik. Para pendukungnya mengatakan bahwa reaktor ini memiliki waktu konstruksi yang lebih pendek daripada pembangkit tradisional dan secara teori dapat beroperasi lebih cepat.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...